sarasHijra

Ingin Pede Jadi Support System Anak di Tahun Ajaran Baru? Lakukan 5 Hal Berikut !

3 komentar

Bismillahirrahmanirrahim

 

Saat 27 anak kelas 4 SD diberi 60 pertanyaan proyektif yang salah satu pertanyaannya :

“ Ayah saya selalu……..”

Maka 9 diantaranya menjawab “kerja” , ada 3 yang menjawab “ senang”,

 Satu anak yang menjawab “bahagia”, ada pula yang menjawab “main hp”  dan “main bola.”

Apakah memang dalam persepsi sebagian besar anak, ayah mereka identik dengan “ayah yang selalu bekerja?"

Lalu bagaimana Bunda Ninin Kholida, M.Kes, M.Psi,  menganalisa 27 jawaban anak yang beragam?

Apakah sudah dapat menggambarkan kesiapan anak naik kelas di tahun ajaran baru ?

Bagaimana pula kita melihat anak jaman now nggak doyan makan sayur padahal  bermanfaat bagi tubuhnya. Sementara lidah mereka sudah terbiasa makan nugget dan makanan olahan siap saji lainnya. Apakah juga berdampak pada tubuh dan kecerdasan mereka?

Atau ketika kasus anxiety yang sebelum pandemi lebih banyak dialami mahasiswa, kini sudah merambah ke anak SMP bahkan SD. Kasus yang marak dimana anak mudah saja menyilet pergelangan tangannya saat dia dilanda kekhawatiran yang berlebihan. 

Duhhh Gusti, apa yang sebenarnya terjadi pada anak-anak kita? Bagaimana solusinya?

Buruan lanjut kepoin materi Bunda Ninin yang ditulis ulang versi emak saras ini : Ingin Pede Jadi Support System Anak di Tahun Ajaran Baru? Lakukan 5 Hal Berikut !

catatan-emak-saras

Mengapa Kita Mesti Bahas Hal Ini

Permasalahan Perkembangan Anak

Beberapa permasalahan dalam perkembangan anak dirasakan guru dan orang tua sekolah Ahsan anak Emak Saras. Menurut para guru semenjak pandemi Covid-19 Tahun 2020-2022 lalu, kasus perkembangan anak naik secara kualitas dan kuantitas. Utamanya di bidang adab atau sopan santun.

Maka emak saras beserta tim koordinator kelas dan pengurus Majelis Sekolah SDIT Bina Amal Semarang berusaha mencari akar permasalahan dari guru dan ortu. Agar bisa mencari jalan keluar yang dapat ditempuh sesuai kapasitas dan kewenangan masing-masing.

Bekerja sama dengan Ilmuan Psikologi Pendidikan

Setelah mendapatkan data permasalahan dari guru, emak diskusikan dengan tim koordinator kelas (korlas) 4 Anas, kelasnya Ahsan. Dicapai kesepakatan kalau kami akan menghadirkan narasumber ilmuan psikologi pendidikan yang akan membantu menganalisa masalah dan memberikan beberapa alternatif solusi.

Karena acaranya berbarengan dengan kenaikan kelas, persiapan masuk tahun ajaran baru dan perpisahan salah satu anak pindah ke kota lain maka agendanya kami mix. Ada acara khusus anak bermain dengan 2 guru pendamping. Adapun untuk para bunda, kami undang duduk bareng untuk belajar bersama Bunda Ninin Kholida Ilmuan Psikologi Pendidikan.

Asesement tentang Persepsi Spontan Keseharian Anak

Bunda Ninin telah mengedarkan kertas berisi 60 item pertanyaan proyektif yang bersifat ambigu pada 27 anak di kelas kami. Salah satu pertanyaannya seperti pada pembuka tulisan emak.

Hasil Asesement tentang Persepsi Spontan Keseharian Anak

Adapun hasil asesement yang dianalisa Bunda Ninin :

    1. Memori anak terbatas
Misalnya anak tidak bisa mengingat apakah saat ia dilahirkan menangis atau tidak, disusui ibunya atau tidak
    2. Anak belum bisa bedakan mana realitas, mana imajinasi atau rekaan
Misalnya saat melihat film kartun di TV ada seekor buaya dapat berbicara, bagi anak usia dini dikira buaya itu betul bisa bicara. Hati-hati bila anak terpapar Hyper Reality begitu pesan Bunda Ninin. Apa itu Hyper Reality?

Hyper Reality adalah bukan realitas tapi dikemas seolah-olah realitas.
Seperti sinetron, film, atau tayangan video pendek yang disajikan di tik tok atau lambe turah. 
Anak-anak yang akses gadgetnya tanpa pendampingan dan batasan akan sangat mudah terpapar hal ini. Akibatnya mereka jadi banjir informasi, kenal banyak istilah baru tapi nggak paham artinya. Kadang asal mengucap padahal mungkin artinya saru alias nggak sopan.
Efek lain Hyper Reality adalah saat anak meniru aksi lelaki berbaju wanita yang melambai di sosmed, duuh enggak banget kan. 

    3. Bila anak melihat realitas maka dipahami sepotong-sepotong
Contohnya saat ayahnya pergi bekerja, mereka tidak tau apa saja yang ayah kerjakan di kantor. Yang mereka pahami, ayah pergi sangat lama bahkan kadang sampai malam.
    4. Proses pengambilan keputusan anak bias
Hal ini terjadi karena pemahaman anak belum utuh. Makanya tugas kitalah untuk mendampingi proses perubahan diri dan lingkungannya. Sehingga mereka mendapatkan info yang baik dan benar sesuai dengan ajaran agama kita.
hasil-asesement-anak

Ingin Pede Jadi Support System Anak di Tahun Ajaran Baru? Lakukan 5 Hal Berikut !

Bestie, udah tau donk ya kalau tugas mendidik anak ada pada orang tuanya. Bukan pada guru sekolah, guru les, guru ngaji, atau bahkan bukan juga pengasuhnya. Jadi yuk mari kita belajar bareng meng-up grade ilmu pengasuhan anak. Apalagi Bulan Juni - Juli ini adalah kenaikan kelas menuju tahun ajaran baru.

Apa saja sih Lima Hal Agar Kita Pede jadi Support System Anak? baik yuk kita preteli satu-satu ya.
lakukan-lima-hal-agar-pede

  1. Minta pada Allah Petunjuk dan Penjagaan

        a. Anak Sudah Ditetapkan Empat Hal

Karena anak yang menciptakan Allah, anak pun milik Allah.  Dimana saat masih berbentuk segumpal daging (mudghoh) dalam rahim ibu, Allah sudah menetapkan rizki, ajal, amal, celaka, dan bahagia anak kita. Maka kepada Allah pula kita meminta petunjuk dan pertolongan untuk mengasuh anak.

        b. Penjagaan Allah yang Terbaik

Rahmat Allah menenangkan kita oleh karena itu meski dirasa berat mendidik anak ingatlah penjagaan Allah adalah penjagaan terbaik.

  2. Bangun Koneksi sebelum Koreksi

        a. Bangun Kedekatan dengan Anak

Ungkapan tak kenal maka tak sayang berlaku dalam poin ini. Bagaimana anak bisa mendengar input baik dari kita jika dalam keseharian kita mengabaikan hak mereka. Saat mereka butuh dipeluk karena sakit, kita sudah buru-buru ke kantor miting dengan klien.

Saat mereka diacuhkan teman dekatnya sehingga butuh curhat, kita dengan enteng bilang :

“Halah gitu aja sedih, besok juga dah baikan. Dah ya, orderan kue Mama numpuk nih. “

        b. Penuhi Tangki Cinta Anak

Menurut  Dr. Gary Chapman and Ross Cambell ada 5 tangki cinta, yaitu perkataan/ pujian,  pelayanan atau tindakan, sentuhan fisik, waktu yang berkualitas, dan hadiah . Setiap anak punya tangki cinta yang berbeda. Bila  tangki cintanya kosong maka dia akan mencarinya di luar.

Misalnya ada 3 bersaudara. Anak pertama dan kedua punya prestasi di bidang akademik. Sedang anak ketiga biasa saja untuk akademik. Suatu saat anak ketiga mendapat kesempatan ikut lomba sains dan menang.

Sayangnya respon ortunya biasa aja. Karena terbiasa melihat kakak-kakaknya berprestasi. Si anak ketiga kecewa, karena tangki cinta apresiasi/ penghargaan tak didapat. Bila berlangsung berulang maka tangki ini bisa kosong.

Bila suatu saat anak ketiga berjumpa dengan orang lain yang kerap memujinya, mengatakan ia hebat, cantik atau ganteng dan maka anak tersebut akan condong ke orang tersebut. Karena tangki cintanya yang kosong terisi.

Bila orang tersebut bermaksud baik, ya kita bersyukur. Tapi kalau orang tersebut laki-laki yang ingin memacarinya atau parahnya seorang predator seksual maka inilah yang harus kita waspadai.

        c. Cara Bangun Kedekatan Emosi

Maka yuk bestie bangun kedekatan emosi untuk perkuat koneksi ortu dan anak. Caranya ya luangkan waktu khusus bersama anak dengan bermain, belajar, bicara, bacain buku, melakukan hobi bareng, masak bareng, berkebun bareng tanpa disambi kerjaan lain.

hadits-bermain-dengan-anak

Alias fokus saja berinteraksi dengan anak. Satu hingga tiga jam per hari bila berkelanjutan, insyaa Allah pijar bahagia  hadir mata anak dan ortu. Insyaa Allah membentuk ikatan emosi anak dan orang tuanya.

Taukah kalian wahai ayah bahwa bermain dengan anak nilainya sama dengan berjihad fii sabililah loh sesuai hadits di atas.

   3. Lengkapi Puzzle yang Kurang dari Tahap Perkembangan Anak

Puzzle yang Utuh Agar Anak Menjadi Manusia yang Utuh

Bestie, mendidik anak menurut Bunda Ninin adalah bagaimana menyiapkan anak menjadi manusia yang utuh dimana semua peran di masa depannya utuh.

Maka bagaimana melengkapi  puzzle yang kurang dari tahap perkembangan anak :

    a. Cek Mana yang lebih dulu ditumbuhkembangkan pada anak.

Jangan tertipu gimmick tapi lupa esensinya. Artinya jangan hanya memenuhi ambisi sebagai orang tua hingga memaksa anak hafidz Qur’an atau juara olimpiade. 

Jika kita mengabaikan kebutuhan atas  kasih sayang, pengakuan atau penerimaan atas kekurangan anak, percaya diri, dan rasa aman.

Bestie, ada saatnya anak berkembang terlihat wow, mandiri. Bukan memaksakan dan menjejali semua pelajaran dan tingginya ekspektasi atas keberhasilan semata.

Karena di luar sana ada beberapa kasus yang ditangani Bunda Ninin, seorang mahasiswi hafidz Qur’an dengan IP tinggi mengaku ia atheis. Lama meninggalkan sholat. Sholat jika ada ustadz atau mamanya. Ia pun sudah sebulan terakhir merokok.

Maka penanaman akidah melalui berkisah siapa Allah menjadi bagian terpenting support system anak. Siapa diri kita sebagai hamba Allah, mengapa kita diciptakan di bumi ini, apa tujuan hidup kita, mengapa kita harus taat pada perintah-Nya, dan sebagainya adalah pondasi yang dibangun pertama kali.

   b. Variasikan pengalaman anak dengan pendampingan orang tua

Selanjutnya untuk anak usia di atas 10 tahun, yang perlu dikembangkan menurut Bunda Ninin adalah memvariasikan pengalaman hidup anak.

Hal ini agar pengambilan persepsi anak bisa lengkap dan dapat melihat kenyataan berbeda dari hidupnya. Mudah-mudahan anak menjadi hamba yang pandai bersyukur.

Bayangkan bila seumur hidupnya anak terbiasa tidur nyaman di kamar dengan AC. Suatu saat ada kegiatan kemah yang mengharuskan anak tidur di tenda maka ia bisa kaget. Nggak bisa tidur, tantrum, digigit nyamuk, badannya sakit semua karena kasurnya hanya lapangan yang beralaskan tikar.

Maka ajak anak kita sesekali berpindah dari zona nyamannya. Seperti mengajaknya naik angkot, makan di warteg, berkebun, dan mengunjungi panti anak disabilitas.

Variasikan juga makanan anak kita. Yang biasanya makan nugget, bisa kita kenalkan makan ayam ingkung. Siapa tau anak belum pernah melihat bentuk ayam yang belum diolah dengan berbagai proses lanjutan yang justru akan menghabiskan nilai gizinya. 

Cara tersebut juga bisa mencegah kasus diabetes anak yang meningkat jumlahnya. Yaitu dengan mengurangi makanan bertepung dan banyak mengandung gula.

   c. Ciptakan memorable moment bersama anak

Bila sudah terbentuk pola ayah jarang hadir di saat terpenting anak karena sibuk bekerja maka pecahkan pola itu. Caranya dengan meluangkan waktu khusus menghadiri acara pengambilan rapot atau wisuda kelulusan. 

Atau menyengaja pergi berdua saja bersama anak di hari ulang tahunnya tanpa gangguan gadget. Momen memasak berdua dengan anak bisa pula jadi pilihan.  Hingga tercipta saat berkesan yang akan dirindukan mereka saat hidup berjauhan.

   d. Ajari pula menambah life skill alias ketrampilan hidup

Adalah penting mengajarkan anak secara bertahap dapat persiapkan sendiri sarapannya. Miulai dari mempersiapkan bahan, memasak dan mencuci alat masak berikut alat makan. 

Selain melatih life skill, anak juga akan menghargai jerih payah orang lain. Bahwasanya nasi yang ia makan berasal dari beras yang ditanam pak tani. Lalu ada ibunya yang belanja dan memasak hingga menghidangkan di atas meja. 

Selain itu anak paham ada proses yang mesti dijalani jika ingin meraih sesuatu. Tidak semuanya instan sim salabim hadir di depan mereka.

Sesuai dengan sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Imam Bukhari :

“Ajarilah, permudah, jangan persulit, berilah kabar gembira, janganlah engkau beri ancaman. Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaklah diam.”

Maka ajari anak dengan cara yang mudah, beri apresiasi atas usahanya meski masih berantakan atau jauh dari sempurna. Seperti misalnya mengucapkan :

 “Terima kasih ya, Kakak sudah mencuci piringnya sendiri.”

Meski dalam fase mereka belajar, sabun cuci ada yang tumpah, lantai basah, adalah hal yang wajar.

Tahan dulu untuk memarahi dan berharap mereka langsung expert dalam sekejap. Sesuai dengan bahasan kita selanjutnya.

   4. Siap dengan Kesalahan Anak

Bestie, usia pra baligh yang terpenting kita juga harus siap dengan kesalahan mereka.

Termasuk jika kita harus dipanggil ke sekolah mestinya bersyukur karena tahu lebih awal kekurangan anak dan nggak kebablasan.

Sebagai orang dewasa yuk jangan denial alias menolak fakta bahwa anak kita butuh dikuatkan. Jangan buru-buru memarahi atau menyalahkan  karena sejatinya kita sendiri juga berperan dalam kondisi anak saat itu

Hayukk sama-sama kita evaluasi cara pengasuhan ke anak.  Karena itu bagian dari proses belajarnya yang mestinya kita terima. Kita pun sebagai orang dewasa juga tak luput dari salah. 

Bila memarahi anak menjadi pola berulang terjadi 3 kali sehari dan berlangsung terus  maka akan terakumulasi selama 9-10 tahun sesuai umur anak kelas. Jika tidak diterapi maka fatal akibatnya.

Kasus anxiety seperti menyilet pergelangan tangannya menjadi pilihan. Hal ini terjadi bila anak hidup dalam perasaan tidak dicintai, disalahkan, khawatir jadi sasaran amarah terus dari orang tuanya. Mirisnya kasus yang dulu marak di kalangan mahasiswa sebelum pandemi kini merambah ke usia SMP bahkan SD. Naudzubillahimindzalik.

    5. Jangan Andalkan Diri Sendiri

        a. Berpartner dengan suami

Berbahagialah jika kita sebagai istri maka tugas mendidik anak bukan dibebankan pada diri sendiri dalam syariat Islam. Jika diibaratkan sekolah maka suami kita adalah kepala sekolah dan kita gurunya. 

Maka diskusikan dengan suami sebagai bagian dari support system anak di tahun ajaran baru. Tentu saja dengan meluruskan niat semata-mata karena mengharap ridho Ilahi. 

Laku kompak menjalankan peran suami dan istri juga sebagai kepala sekolah dan guru anak-anak.

        b. Bergabung bersama jamaah sevisi dan menguatkan

Karena berjuang sendiri mengasuh anak penuh tantangan maka carilah jamaah yang sevisi dan menguatkan.  Kini banyak kok komunitas parenting yang bisa diikuti dan bisa dipilih mana yang selaras dengan value keluarga kita. Praktikan ilmu yang sudah didapat bersama suami insya Allah makin pede jadi support system anak di tahun ajaran baru.

       c. Delegasikan pekerjaan yang bisa digantikan orang lain

Prioritaskan bagian yang hanya kita saja yang bisa menghandel. Seperti urusan melayani suami, menyiapkan keperluan suami, mendidik dan mengasuh anak adalah tugas kita yang jangan sampai digantikan orang lain.

Delegasikan tugas yang bisa dikerjakan orang lain seperti cucian baju bisa di-laundry. Memasak bisa via catering. Tugas beberes rumah bisa ART. Tentu saja disesuaikan dengan kemampuan ekonomi keluarga.

      d. Konsulkan  pada Allah 

Jika dalam perjalanan menjadi support system terasa berat maka konsulkan lagi pada Allah Yang Maha Memiliki, Yang Maha Pengasih dan Penyayang

Justru saat berat itulah jalur langit harus lebih kencang, tirakatnya pun lebih kencang. Seperti saat kita usai melakukan kebaikan misalnya sedekah maka iringi dengan doa :

"Yaa Allah mudahkan anak-anakku, lindungi anak-anakku".

Jadi saat tak sedang berdekatan, doa tetap tersambung pada Allah yang akan beri perlindungan terbaik pada anak kita.

Closing

Alhamdulillah komplit banget ya materi disharingkan Bunda Ninin Ilmuan Psikolog Pendidikan pada kami wali murid kelas 4 Anas SDIT Bina Amal Semarang. Masyaa Allah tabarakallah.

Mudah-mudahan yang emak saras tulis kembali juga ada insight yang bisa dipetik, meski masih ada kekurangan disana-sini mohon maaf yaaa...

Makin optimis dan pede jadi support system anak di tahun ajaran baru dengan lakukan 5 hal di atas.

Semangat berjuang bersama bestie, lope- lopee   <3

Wallahu'alam bisshowab.

 

 

 

 

 

 



Saras Hijrah
Seorang ibu pembelajar yang terus memantaskan diri untuk ditolong Allah. Menggali potensi terbaik tanpa menafikan kekurangan diri untuk tetap bermanfaat di sisa usia.
Terbaru Lebih lama

Related Posts

3 komentar

  1. Alhamdulillah dapat insight yg bermanfaat bagi sy sebagai seorang guru yg masih banyak belajar. Barakallahu fiik ☺πŸ™

    BalasHapus
    Balasan
    1. wabarokalloh fiik bu guru salihah yg semangat belajar😍πŸ₯°

      Hapus
  2. Masyaalllah tabarakallah . Nyeseelll baca ini . Kenapa gak dari dulu emak saras gabung d MS . Semoga Allah Ta’ala selalu merahmati mak saras dan keluarga dan keluarga besara Bina Amal . Bagussss bangettttt . Tentunya sangat bermanfaat utk saya pribadi . Jazakillahu khairan emak . Barakallahufiiki πŸ’•πŸ’•

    BalasHapus

Posting Komentar