Bismillahirrahmanirrahim
Proses Mengokohkan Hati
Meluruskan Niat
Hidup mesti berjalan seimbang, ada suka ada suka, ada waktunya bersitegang ada waktunya rileks. Sebuah perjalanan kami ambil dalam rangka mengokohkan hati. Dari Semarang pukul 06.30 bismillah kami berangkat dengan diawali restu orang tua.
. Saat itu kami berada dalam situasi sedikit tegang mencair, Karena kami baru saja menuntaskan sesi daftar ulang SMA si kakak. Alhamdulillah pengumuman tes masuk awal Desember 2022 lalu memuat nama kakak. Ketegangan tercipta karena kakak sempat kendor semsangatnya untuk lanjut sekolah boarding di luar kota. Sementara kami ortunya mencoba bicara hati ke hati mengapa ia harus membulatkan tekad belajar mandiri di sekolah yang memfasilitasi minatnya di bidang IPS. Alhamdulillah kakak mantap lanjut. Kami bersama meluruskan niat mencari ridho Allah dengan mencari partner pendidikan yang mudah-mudahan berjodoh dengan kami.
Makanya setelah rampung urusan di SMAIT Ihsanul Fikri Mungkid Magelang, Sang Bapak setuju healing tipis-tipis.
Perjalanan Hati
Jadilah kami dari Magelang mengambil arah timur laut ke Kopeng. Awalnya Sang Bapak menawari ke Latar Ombo namun emak usulkan kami pergi ke Merbabu View atas rekomendasi Budhe Anna. Semua setuju ke Merbabu View dan jadilah Google Map sebagai pemandu jalan.
Selama perjalanan, kami intens ngobrol baik yang sepele maupun yang serius. Ada beberapa penekanan yang perlu disampaikan dari Bapak ke anak atau Ibu ke anak. Semuanya mengalir saja. Semoga apa yang dibahas dari hati yang tulus untuk kebaikan bersama.
Tak terasa telah sampai di Jalan Magelang- Salatiga kami belok kanan menuju jalan berbatu. Pemandangan khas pegunungan mulai tampak. Ma syaa Allah endah niannn. Kami berpapasan dengan pick up pengangkut sayur. Hingga jalan menanjak di pertigaan mulailah masalah muncul. Akses jalan yang ditunjukkan mbah gugel berupa jalan setapak. Wah, kejadian berulang nih. Pernah saat kami akan piknik ke Kebun Teh Medini Boja Kendal juga mengandalkan Gmaps. Akses yang gak memungkinkan untuk mobil membuat kami balik arah dan batal metik daun teh.
Duh, apakah kami bernasib
sama? Padahal emak pengen bisa berucap Merbabu View, Time to Say I Love Yuw to
my hubby? Love my duo sons too...
Merbabu View
Akses Menuju Merbabu View
Pepatah
malu bertanya sesat di jalan masih related zaman now. Jadilah kami bertanya
pada seorang bapak yang sedang berbincang di tepi jalan dengan penduduk
sekitar. Beliau berbaik hati menunjukkan arah menuju Merbabu View. Rupanya
tulisan penunjuk jalan yang sudah kami lewati tadi bukan abal-abal. Cuzz balik
arah dan mengikuti jalan lurus dan benar hehe.
Setelah 500 meter melewati perkebunan sayur, kami masuk ke perkampungan.
Kampung yang jalannya cor-coran, padat kanan kiri tergantung pot tanaman hias
aneka rupa. Kepengennya sih turun dan beli beberapa pot tapi nanti aja deh,
tujuan utama aja belum sampai.
“Kok
makin jauh dari puncak, ya Ma. Jangan-jangan salah map-nya?” Tanya Sang Bapak.
“Bener
ik, Pa. Dah ikutin dulu aja,” emak coba mengayem-ayem.
Di luar dugaan kami makin familiar dengan lokasi yang
dilewati.
“Ini
kan yang dulu pernah kesini. Yang kudanya Mama eek,” (maaf ya pembaca, emang
redaksinya aseli kaya gini) sahut Si Kakak.
“Iya
ya, pas Adik masih naik berdua sama Papa,” emak mengamini.
Benar
juga, belokan ke kanan adalah pintu masuk kawasan air terjun Umbul Songo. Masih
hangat memori saat foto naik kuda di sana. Setelah itu kami masuk ke jalan
tanjakan dimana kanan kiri adalah kawasan hutan pinus yang syahdu. Oksigen
gratis langsung terakses tanpa batas kuota. Ma syaa Allah tabarakallah, segala
pujian kepada Allah yang menciptakan alam seindah ini.
Hutan
pinus seperti gerbang pembuka ke area perbukitan. Jalan makin menanjak dan sisi
kanan disuguhi lembah hijau tempat bermacam sayuran ditanam. Kembang kol,
selada, sawi, wortel, kentang coba emak identifikasi bersama anak-anak.
Jarang-jarang kan mereka melihat tanaman aslinya masih tumbuh di tanah
pegunungan sejuk seperti ini.
Selanjutnya
ada balon udara terlihat dari kejauhan. Jangan-jangan ini Capadocia ?? Oh, rupanya
balon itu properti spot swafoto dan resto yang ada di sisi kanan. Tapi bukan
itu tujuan kami. Masih ada beberapa plang tanda nama resto dan wisata lain
selain Merbabu View. Hingga kopling
mobil harus dipindah ke gir yang terkecil karena tanjakan belok dan agak curam,
kami dihentikan petugas yang menarik tiket parkir.
“Merbabu
View arahnya kemana, Pak?” tanya suami emak.
“Naik
dikit dah sampe, Pak. Kanan jalan,” jawabnya dengan senyuman.
Benar
saja, finally Merbabu View gaes. Secara umum, akses menuju Merbabu view cukup mudah diakses baik roda 2 atau 4. Namun untuk mobil ceper, mending parkir di area bawah pos tempat bayar tiket masuk ya.
First Sight
Perut
sebenarnya udah keroncongan saat kami touch down Merbabu View. Tapi scenery
yang so beautiful tak kami lewatkan untuk memanjakan mata. Wusshhh angin dingin khas pegunungan menerpa kulit. Emak balik ke mobil untuk ambil outer,
sengaja bersiap karena cuaca Bulan Desember dingin-dingin empuk. Menyusul dua
jagoan juga Sang Bapak juga ikut ambil jaket mereka. Oiya, untuk masuk ke area ini gak kena charge lagi ya, alias bestie hanya bayar kalau beli makanan atau hanya sekedar ngopi aja.
Tengok
kanan kiri, dimana ya kami bisa order makanan? Kok ada mbak-mbak yang bawa
nampan makanan ke bangunan bagian kiri lahan parkir ya. Berarti ordernya di
gedung bagian kanan dengan font besar Merbabu Cafe. Di bagian kanannya kami disambut ornament berbentuk Bee Hive sebagai icon
Merbabu View. Lalu masuk ke Merbabu Café untuk order makanan. Pembayaran sementara belum bisa pakai e-money ya bestie, jadi siapkan uang cash-mu sebelum ke sini.
Foods and Beverages
“Mendoan
Mbak,” orderan pertama paksuami. “ Sama nasgor teri.”
Kakak
dan adik juga mengekor, tapi mereka order nasgor special. Sedangkan emak milih
mi godog aja karena kuah angetnya lebih nikmat pas adem gini.
“Wedang
uwuh ya mbak,” tambah emak.
“Aku
matcha latte, Kamu apa San?” tanya si kakak.
“Susu
coklat anget boleh, Pa? tanya adik meminta izin.
Yang
ditanya mengangguk sambil memilih wedang uwuh sama seperti emak.
Setelah
kelar order, kami mencari tempat terbaik. Penataan kursi dan meja meski tak
luas cukup maksimal di-create untuk mendapatkan suasana dine in mountain. Karena
masih jam 11 siang, belum banyak pengunjung di sana dan juga saat weekday. Gak
kebayang kalau weekend pasti padat pengunjung.
Nih, yang pengen tau suasana di dekat Cafe Merbabu dan area order makanan, snack, minuman dan kopi, simak videonya ya.
Karena relatif sepi, kami manfaatkan untuk gentian foto dengan background Gunung Telomoyo dan Gunung Andong. Foto post wedding dengan suami tentu aja wajib, meski malu-malu kucing. Emak paling suka difoto saling bertatap wajah dengan bapaknya anak-anak dan say Love U Pa. Cit cuittt…Hasil jepretan si kakak lumayanlah buat dipamerin cukup ke grup wa keluarga yaa.
Sebenernya masih pengen explore
sudut lain tapi para lelaki sudah kelaparan jadi emak gabung ke area makan
indoor. Ruangan seluas 3x6 meter itu didesain dengan ornament kayu dan
boomerang aneka warna di dindingnya. Hanya ada 3 keluarga yang menikmati sajian
termasuk kami. Tak menunggu lama, minuman yang dipesan datang. Coklat hangat
dan matcha latte milik anak-anak langsung emak sasar jadi object foto. Untuk dapet
angle yang bagus harus “dipinjam” dulu nih. Demo mahasiswa eh demo anak tetiba
muncul karena mereka sudah pengen ngicipin minuman pilihannya. Ngalah deh, foto
ala kadarnya aja.
Makanan kemudian diantar ke meja kami. Sejenak doa sebelum makan dan mari makaann...mumpung anget..
Price
Harga makanan berat rata-rata dibandrol 35 – 50 K dan minuman dari 15 – 35 K. Ya masih wajar untuk harga segitu dengan view endah binti sejuk. Rasanya gimana Mak? Lumayan, kalau untuk skore di angka 7,5 ya. Mi Godog emak rada keasinan pas itu. Overall good lah. Petugasnya ramah juga. Nah, setelah perut aman barulah kami explore area Merbabu view.
Another Spot to Sight Seeing
Ada jembatan kayu yang menghubungkan sebrang bukit yang juga ada bangunan berbentuk limas segi tiga. Ayok ah cuz kesana.. Wah kesempatan mengenalkan lagi sayuran yang masih asli dari asalnya nih ke Adik Ahsan. Dari atas jembatan kami bisa melihat hamparan kebun sayur yang habis panen. Jadi pengen metik eh harus izin pemiliknya donk ah.
Di
ujung jembatan ada lapangan kecil dan beberapa bangku. Ada tumpukan kayu dan
batu berwarna hitam di tengah lapangan, rupanya habis dipake api unggun. Oh
pantes, jadi area ini adalah villa kecil dengan fasilitas api unggun untuk
bakar-bakaran. Tiga bangunan limas di undakan berikutnya adalah kamar tidur
bertingkat. Fasad muka berupa kaca jadi isi kamar cukup terlihat seperti kasur,
lemari, kursi dan meja.
Kami pun ber-wefie bergantian dengan pengunjung lain. Puncak gunung Merbabu terasa dekat dari situ, begitu pula gumpalan awan. Pengen ambil dikit untuk dibawa pulang hihi. Puas menikmati scenery puncak gunung bak negeri di atas awan, kami kembali menuju ke bagian utama Merbabu View.
Belum lengkap kalau emak belum
nyobain toiletnya, ups. Bersih, airnya brrrr duingin. Lalu sambil mencari tiga
laki-laki kesayangan, emak mencari spot foto buat stok pribadi. Yak, di depan
bangunan resto dengan font Merbabu View oke nih. Segera Bapak, Anak sulung dan
bungsu diarahkan jadi model. Cukup berjalan natural, emak siapkan bunga sebagai
aksen foreground. Agar ada efek blur di hasil fotonya nanti. Emak saras jago
foto juga nih? Hmm, tepatnya masih belajar. Pan kapan kita bahas tentang teknik
foto pake hp yaa. Taraaa..dan ini hasilnya.
Satu lagi spot foto yang saying kalau
dianggurin. Bee Hive alias ornament sarang lebah raksasa. Lima bentuk persegi
enam sebagai icon tempat ini kami panjat dengan tangga kecil. Wussshh, angin gunung
langsung menyapa. Banter banget bestiee..
Si Bapak yang jadi juru potret.
Cekrek. Kakak masih penasaran manjat ke sisi yang lebih tinggi tapi diurungkan
coz kita mesti cepet pulang. Namun emak masih pengen menjajal mengambil gambar
dengan tehnik frog eye. Ahsan emak minta masih bertahan di bee hive terbawah.
Cekrek-cekrek sudah. Markipul…
Alhamdulillah one moment in time, Allah takdirkan kami menikmati suasana puncak gunung dalam kondisi cerah, badan sehat, hati senang, dan perut kenyang. Harapannya setelah rileks ngobrol, makan, dan meniti area di sana, hubungan kami makin dekat satu sama lain. Semoga rasa syukur bisa tetap terjaga dari hati. lisan, dan perbuatan kami.
Karena di Merbabu View kami belum menemukan musholla, jadi mesti cari masjid di perjalanan pulang untuk sholat dhuhur yes. See ya, Merbabu View time to see I Love Yuw eh to say good bye dink…
Love yuw my hubby, love yuw my sons Azzam n Ahsan coz Allah.
Posting Komentar
Posting Komentar