Sebuah Pengantar
Bismillahirrahmanirrahim
Sudah lama emak saras ingin menulis dialog iman ini. Dilatarbelakangi pertanyaan-pertanyaan yang meluncur dari bibir anak ragi emak bernama Ahsan Abdirrahman Ammar. Pertanyaan yang membuat emaknya mengkrenyitkan kening, memutar bola mata ke atas dan membuka file memori dalam otak. Kiranya apa dan bagaimana menjawab pertanyaan anak (saat itu, red) usianya 8 tahun tentang iman.
Alhamdulillah, akhirnya tulisan ini bisa juga selesai dengan bantuan Allah.
Tulisan ini dimulai dari percakapan yang terjadi beberapa tahun lalu..
Mama : "Selamat tes ya Dik, semoga dapat nilai 100."
Adik : "Ya Ma, amin"
Emak rasa ini percakapan standar yang terjadi di banyak keluarga ya.
Namun sejalan dengan waktu ternyata komentar emak berbeda.
Apa bedanya, Mak?
Dialog Iman 1
Setelah berjalannya waktu, emak sedikit banyak paham bagaimana harusnya menjawab pertanyaan Ahsan. Hingga percakapan ini terulang saat ia mau berangkat tes PAT (Penilaian Akhir Semester) kelas 2 sekitar bulan Mei 2022 lalu.
Adik : "Ma, doakan ya semoga Aku dapat nilai 100"
Mama : "Adik, nilai 100 itu bonus.
Yang lebih penting adalah Allah sayang sama kita.
Allah ridho sama kita.
Kalau Allah sudah ridho dan sayang, Allah akan kasih semuanya untuk kita.
Yang lebih penting adalah kita jujur dalam ngerjain soalnya.
Dan sebelum tes, minta ya sama Allah dikasih kemudahan.
Kalau ada yang gak tau, yaudah gak papa. Asal Adik sudah berusaha ngerjain. Hasilnya dapat 100 atau enggak, gak masalah karena adik sudah mencoba.
Makanya dapat nilai bagus itu bonus. Oke dik?
Adik : (manggut-manggut)
Coba apa perbedaan komentar emak dari 2 percakapan di atas?
Temukan 3 titik perbedaan! Hehe kok jadi teka-teki ya...
Jadi bila jaman dulu emak saras mensyaratkan output hasil ujian harusnya dapat nilai 100 namun di komentar emak sekarang bukan lagi itu.
Melainkan output ujian adalah bagaimana mendapatkan ridho Allah.
Lebih penting anak kita :
a. mengerti pentingnya belajar karena itu perintah Allah
b. berdoa sehabis sholat, meminta restu orang tua,
c. mengerjakan ujian dengan jujur, hormat guru dan sayangi teman.
Bukan semata-mata mengejar nilai akademis semata.
Sehingga bila dapat nilai baik, itu bonus.
Ma syaa Allah, emak juga gak nyangka bisa jawab seperti ini. Alhamdulillah dipahamkan Allah melalui majelis-majelis ilmu.
Dialog iman 2
Adik : "Ma, kenapa temanku ada yang gak bisa ngerjain tugasnya? "
Mama : "Dik, kalau ada temanmu yang belum bisa ngerjain tugas, jangan diejek ya.
Justru harus dibantu. “
Ahsan : " Ya, Ma. "
Mama : " Termasuk kalau ada temanmu yang mau ambil buku di perpus tapi ada di rak yang agak tinggi. Temanmu belum bisa meraihnya, nah Adik bisa bantu juga dengan meraihnya karena mungkin Adik lebih tinggi.
Percakapan ini awalnya terjadi saat Ahsan menceritakan ada seorang temannya yang belum bisa mengerjakan tesnya hingga menangis. Emak saras terdiam mencoba merasakan emosi anak menangis itu. Pastilah ia butuh dibantu. Paling tidak ada orang dewasa di sekitarnya yang menerima tangisan itu sebagai ekspresi perasaannya. Bila sudah tenang barulah diajak diskusi agar dia bisa menyelesaikan tugasnya.
Teman sebaya yang paham saat temannya butuh bantuan mestinya dapat membantu, paling tidak mengerti dan tidak malah mengejeknya. Inilah butuhnya pemahaman kasih sayang antar teman. Saling berkasih sayang inilah bagian dari iman, bagian dari perintah Allah.
Ma syaa Allah ya, begitu pentingnya penanaman nilai iman pada diri kita begitu pula anak-anak. Bahwasanya segala sesuatu terjadi tidak semata-mata karena hasil kerja keras kita tapi karena campur tangan Allah di dalamnya. Dari sinilah menjadi alarm agar kita tak jumawa atas prestasi yang didapat. Tak jua rendah diri bila apa yang didapat belum sesuai yang diharapkan.
Perlunya Menanamkan Iman pada Anak
Dari buku Pendidikan Karakter Nabawiyah, tulisan Ustadz Abdul Kholiq yang diterbitkan oleh Rumah Karakter, setidaknya ada empat karakter/ fitrah yang sudah ada pada diri anak sejak lahir antara lain :
1. Karakter Iman (Fitrah Keimanan)
2. Karakter Belajar (Fitrah Belajar)
3. Karakter Bakat (Fitrah Bakat)
4. Karakter Perkembangan (Fitrah Perkembangan).
Pokok dari metode pembelajaran pendidikan karakter adalah menumbuhkan karakter iman, karakter belajar, dan karakter bakat diselaraskan dengan karakter perkembangan anak.
Karakter Iman
Khusus tulisan ini hanya karakter iman yang ingin emak bahas yaa. Menurut Buku Pendidikan Karakter Nabawiyah, karakter iman merupakan karakter tiap anak yang dilahirkan dalam keadaan mentauhidkan Allah ta’ala dan setiap anak dilahirkan akan mencintai Robbnya. Sebelum anak dilahirkan di dunia ini, mereka telah bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah kecuali Allah.
Sesuai firman Allah dalam Qur’an Al A’raf : 172
“Dan (ingatlah) ketika Robmu mengeluarkan anak-anak adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian dari jiwa mereka (seraya berfirman) : “Bukankah Aku ini Rob kalian?” Benar (Engkau Rob kami), kami menjadi saksi.”
Allah ta’ala telah menjadikan setiap anak yang lahir dalam keadaan beriman. Alla ta’ala berfirman :
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah). (Tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.” (QS Arrum : 30).
Jadi setiap anak yang lahir dalam keadaan Islam, dan janganlah dirubah fitrah anak tersebut yang telah Allah Ta’ala bekalkan kepadanya, yaitu Islam. (sumber : Tafsir Ibnu Katsir)
Kesimpulan Ustadz Abdul Kholik di buku tersebut untuk karakter iman, bahwasanya karakter iman harus ditumbuhkan pada setiap anak, karena Allah ta’ala telah memberikannya sama kepada semua anak yang lahir.
Perlunya Anak Diajari Mencintai Allah
Menurut Dr. Amani Ar-Ramadi dalam bukunya yang berjudul Menanamkan Iman kepada Anak, cinta kepada Allah terjadi ketika seseorang mencintai Allah lebih dari rasa cintanya kepada diri sendiri, kedua orang tua, dan segala miliknya.
Perlunya anak diajari mencintai Allah, dipaparkan oleh Dr. Amani ada 11 poin. Emak coba ambil beberapa poin yaitu :
1. Cinta kepada Allah akan melahirkan rasa takut disertai penghormatan dan pengagungan, baik di tengah kesepian maupun keramaian.
2. Jika seorang anak sudah mencintai Allah, dengan senang hati dan lapang dada ia akan menjunjung tinggi perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya; lebih mengutamakan kehendak-Nya daripada keinginan makhluk, rela berkorban harta dan jiwa demi meraih keridhaan-Nya.
Cara Menanamkan Rasa Cinta kepada Allah dalam Hati Anak
Masih dari Buku Menanamkan Iman kepada Anak, ada beberapa fase penanaman sesuai dengan perkembangan usia anak. Cara yang bisa dilakukan adalah :
a. Pada awalnya tentu saja dimulai dengan kesungguhan orang tua meminta pertolongan kepada Allah.
b. Lalu membangun pola hubungan yang baik di antara anggota keluarga dan anak-anak.
c. Orang tua memberikan perhatian, bantuan dan kepedulian saat mendampingi anak memahamkan tentang iman.
Penanaman Iman di Usia 7-10 Tahun
Khusus untuk sharing emak saras kali ini yang membahas pertanyaan-pertanyaan Ahsan tentang iman, emak tertarik mengulik cara penanaman iman di fase 7- 10 tahun. Ya, tentu saja fase usia Ahsan saat ini.
Masih dari buku di atas, fase usia 7 – 10 tahun adalah fase usia yang paling penting. Karenanya kita tidak boleh menganggap remeh. Sebab pada fase ini, akal dan daya nalar sang anak mulai terbuka dengan baik. Pada usia ini dia sangat membutuhkan agar kita berinteraksi seperti teman. Dari sini, kita tanamkan dalam jiwanya pengetahuan tentang ibadah kepada Allah secara mendalam.
Kalau kita memberinya hadiah, umpamanya lalu dia katakan “terima kasih”, kita ingatkan bahwa Allah juga berhak mendapatkan ucapan terima kasih. Dia-lah pemberi pertama.
Alhamdulillah saran Dr. Amani sudah emak terapkan saat Ahsan mendapatkan hadiah atau makan enak beli di luar sekalipun. Emak selalu bertanya, “Rejeki dari siapa ini? “ dan Ahsan menjawab, “Dari Allah.”
Wah sudah panjang dan lebar ya hanya dari bahasan iman kepada Allah. Belum menyentuh 5 iman lain, yaitu iman kepada malaikat, nabi/ rasul, kitab-kitab Allah, hari akhir, qodla dan qodar. In syaa Allah kapan-kapan kita bahas yaaa...
Dialog iman ini tentunya sebagai pengingat emak, bahwanya masih banyak ilmu Allah yang patut dipelajari. Utamanya saat menjawab pertanyaan tak terduga dari anak-anak hahaha...
Syukurlah apa dan bagaimana menjawab pertanyaan anak usia 8 tahun tentang iman sudah bisa terjawab. Sudah semestinya emak pun bersiap menghadapi pertanyaan lainnya.
Semoga Allah menjadikan kesempatan ini untuk emaki terus belajar dan berproses menjadi orang tua yang lebih baik, aamiin yaa Allah.
Posting Komentar
Posting Komentar