Mengapa Harus Persiapkan Anak Hadapi Tantangan Akhir Zaman
Bismillahirrahmanirrahim
Waw judulnya ngeri nih, kayanya bahasannya
berat ya Makkk.
Hmm..berat ringannya relatif ya, tergantung pemahaman kita pentingnya menyiapkan kehidupan setelah mati. Sebagai umat muslim yang percaya akan ada hari akhir maka sebelum datangnya hari akhir itu akan muncul tanda-tanda akhir zaman. Diantaranya adalah muncul banyak bencana alam, adanya kaum Nabi Luth yaitu penyuka sesama jenis yang dilaknat Allah, banyak kerusakan moral akibat pornografi juga pornoaksi, budaya hedonisme yang cinta dunia dan takut mati. Naudzubillah himindzalik, dampaknya akan menjauhkan dari fitrah juga ketentraman hati dan bahaya terbesarnya adalah bisa mendatangkan murka Allah.
Jadi bila tak disiapkan dari sekarang, sama aja mestinya kita bisa lebih cerdas dalam hidup yaitu yang mempersiapkan mati dengan bekal amambiarkan diri kita maju perang tanpa senjata. Kalah dan mati sia-sia. Sementara kita adalah makhluk terbaik yang Allah ciptakan di muka bumi ini yang punya akal dan hati nurani. Melan terbaik.
So, apa aja ya bekal untuk persiapkan anak
hadapi tantangan akhir zaman? Kita aja yang jadi orang tua gak yakin dah punya
bekal cukup huhu..
Makanya yuk sama-sama cermati tulisan emak saras berikut ini, siapa tau bestie punya pengalaman yang sama dan bisa nambahin masukan di kolom komentar dalam persiapkan anak hadapi tantangan akhir zaman..
Darimana Dapat Ilmu Persiapkan Anak Hadapi Tantangan Akhir Zaman
Komunitas Yuk Jos Semarang Chapter sebagai Penyelenggara Matapena
Ceritanya emak saras berada dalam komunitas Yuk JOS (Jadi Orang tua Soleh)
Chapter Semarang merasa perlu ilmu untuk bahasan kita kali ini. Makanya emak
bersama teman-teman komunitas termasuk coach Marita ngadain acara keren dengan
mengundang Abah Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari. Acara keren yang berada dalam
setingan Matapena ini kami adakan 1 hari sebelum PSPA. Peserta Matapena adalah
alumni PSPA.
Apa itu Matapena dan apa lagi itu PSPA?
Matapena alias majelis tsaqofah pengasuhan
anak adalah majelis yang khusus membahas 1 tema pengasuhan anak. Sedangkan PSPA
(Program Sekolah Pengasuhan Anak) dibuat
oleh Abah Ihsan sebagai Direktur Auladi Parenting School untuk para calon orang
tua dan orang tua itu sendiri. PSPA adalah kelas parenting berbayar durasi 2
hari yang membuka mata dan hati kami para orang tua tentang pentingnya memiliki
ilmu dalam mengasuh anak.
Nah, Matapena kali ini mengusung tema sesuai judul blog emak kali ini. Makanya emak pun tertarik mengikat ilmu di Matapena dengan menuliskannya kembali versi emak saras.
Oiya, alhamdulillah alumni PSPA yang berminat mengikuti
Matapena membludak dari awalnya hanya
dibuka kuota 30 orang bisa sampai 80 orang lho!
Berarti banyak orang tua merasakan kebutuhan
untuk meng-up date ilmu pengasuhan anak. Ma syaa Alah tabarakallah, semoga dengan
makin banyaknya ortu yang peduli besarnya tantangan pengasuhan akhir zaman dapat
menjadi sebab pertolongan Allah turun ke bumi ya. Aamiin.
Persiapkan Anak Hadapi Tantangan Akhir Zaman
Pendahuluan
Dengan banyaknya fakta di lapangan, banyak
anak yang tidak diurus ortunya. Mungkin diurus tapi hanya fisiknya saja.
Diberikan rumah tinggal, baju, dibelikan cukup makan, disekolahkan. Namun para
ortu kebanyakan terlupa mengisi jiwanya. Terlewat mengisi ruhiyahnya. Belum
sempat ajarkan kemandirian dan bertindak sebagai layaknya orang dewasa yang
bertanggung jawab atas sikap dan perilakunya. Sehingga banyak anak lahir tanpa
masa depan, jiwa yang labil, menambah deretan pengangguran dan masalah
kemasyarakatan lain.
Persiapkan Diri Sendiri sebagai Orang Tua
Sebelum kita menyiapkan bekal ke anak, diri
sendirilah yang harus dipersiapkan. Abah Ihsan menceritakan dalam pembukaan
Matapena Jum’at, 5 Agustus 2022 lalu bahwa bila Abah tidak menjadi nara sumber
acara parenting maka akan sama dengan ortu kebanyakan. Yaitu ortu yang gak
belajar, yang gak up date ilmu.
Sebagai ortu yang paham anak adalah amanah
yang nanti dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Sang Pemilik Anak-anak kita,
mari kuatkan azzam untuk benar-benar mengurus anak. Niatkan betul untuk
mengurus anak. Bukan sekedar pengen !
Jelas hal ini akan mengorbankan pekerjaan,
waktu, tenaga, dan pikiran. Milikilah visi dan misi dalam mengasuh anak. Hal
ini akan menjadi panduan dalam membuat peta pengasuhan anak. Lalu ciptakan
waktu khusus untuk bercerita pada anak usia dini hingga SD. Sedangkan untuk
anak pra baligh, baligh dan pra dewasa, sediakan waktu khusus untuk diskusi
mengajaknya berpikir kritis dan analitis.
5 Bekal Persiapkan Anak Hadapi Tantangan Akhir Zaman
Bekal tersebut adalah mempersiapkan anak
mengalami perubahan :
1.
Pada tubuhnya
Ciptakan momen santai untuk
bercerita kepada anak bahwa tubuhnya adalah pemberian Allah yang sangat
sempurna. Dengan tubuh yang sehat anak bisa beraktifitas dan beribadah dengan
baik.
Usia SD kelas 1 – 2 bisa diajak
cerita apa saja bagian tubuhnya. Ada perbedaan bentuk dan fungsi pada tubuh
laki-laki dan perempuan. Alat bantu cerita seperti buku, boneka, manekin bisa
dipakai untuk menunjukkan bagian tubuh yang akan berkembang/berubah.
Anak-anak juga dikenalkan
dengan bagian yang harus tertutup seperti daerah kemaluan. Prinsipnya daerah
kemaluan tidak untuk dipamerkan, harus disembunyikan. Daerah ini juga tidak
untuk dibicarakan pada sembarang orang. Harus dengan orang tuanya.
2.
Fase Baligh
Ceritakan pula mereka akan
mengalami fase baligh. Fase dimana ada perubahan tubuh di bagian tertentu dan
perubahan hormon yang membuat emosi kadang meledak-ledak.
Bicara fase ini umumnya
nyerempet ke bahasan hubungan seksual.
Seksualitas memang tabu,
sebagai ortu pahami prinsip berikut.
Seksualitas bukan tidak untuk
dibicarakan tapi tidak boleh membicarakan pada sembarang orang.
Bagaimanapun juga anak kita
akan terpapar hal itu.
Semakin kecil umurnya, makin
terjaga pikirannya dari pertanyaan yang aneh-aneh.
3.
Merasakan jatuh cinta
Pada anak usia-usia pra
baligh dapat kita ceritakan mereka akan merasakan jatuh cinta. Bisa membahas
bagian otak yang terlibat saat jatuh cinta. Dimana otak pusat berpikir yang
biasa mengolah logika akan non aktif dan otak bagian emosi akan lebih aktif.
Sehingga bila diantara anak perempuan kita “ditembak” alias disukai lawan
jenisnya maka bisa membutakan rasionalitasnya.
Dorongan seksual akan lebih
cepat muncul apabila anak terbiasa terpapar tayangan, tontonan yang berbumbu
percintaan.
Apalagi pada anak yang
baligh-nya lebih cepat dari usia normal.
4.
Meraih cita-cita
Menurut Abah Ihsan, ciri
cita-cita yang baik adalah :
a.
Diridhoi Allah
b.
Membawa paling banyak manfaat
untuk orang lain
c.
Mendatangkan maisyah (gaji) yang
besar yang bisa digunakan untuk menghidupi diri da keluarga anak-anak kita
nantinya.
Dari sini kita bisa ajak diskusi dari anak usia SMA ke
atas, saat mereka memilih jurusan bila ingin lanjut ke jenjang pendidikan
tinggi. Tidak hanyut pada trend anak
muda jaman now yang bangga jadi gamer, youtuber, tik tokers atau profesi lain
yang menjanjikan cepat populer dengan banyak cuan di tangan. Anak-anak kita
harus paham bahwa dibalik sebuah pencapaian prestasi ada usaha yang
sungguh-sungguh dan doa.
Maka cita-cita atau prestasi yang utama adalah mendapat
ridho Allah. Artinya sejalan dengan perintah dalam agama Islam.
5.
Menikah
Diskusi tentang pernikahan
juga bisa mulai dibahas di usia SMA ke atas. Apa sih tujuan menikah, bagaimana
kriteria memilih calon suami/ istri. Penting juga dibahas saat sudah menikah
untuk mengendalikan nafsu syahwat. Bila hal ini tidak dikendalikan, manusia tak
akan pernah puas dengan 1 pria/ wanita saja. Karena level excited-nya lebih besar dari yang masih
single.
Untuk praktik 5 hal di atas
tentu banyak tantangannya ya bestie. Namun sebagai ortu yang berkualitas, kita
pasti memilih capek di depan. Artinya yang mau repot mengurus “jiwa” anak.
Bukan ortu yang abal-abal yang capeknya di belakang.
Mendapati anak dengan segudang masalah, sulit diatur, kuliah tidak selesai, terjerat narkoba, dll pasti lebih capek dan repot.
Maka mari kita bersemangat
mengasuh anak-anak, cari dan praktikkan ilmunya. Motivasi diri dan anak-anak kita untuk paham definisi sukses, yaitu :
a.
No pain no gain
Tak ada keberhasilan tanpa usaha
b.
99 % Usaha 1% bakat
c.
Bersakit-sakit dahulu
bersenang-senang kemudian
d.
Follow your passion
Passion menurut asal bahasanya = sanggup “menderita”
Mirip dengan patient = sabar = sedang alami/ jalani
penderitaan.
Karena kita hidup di dunia pasti banyak penderitaannya.
Maka harus mau capek dan mau belajar.
Kita baguskan prosesnya dan berserah diri pada Allah untuk hasilnya. Selalu
optimis memohon pertolongan agar Allah meridhoi ikhtiar ini, sehingga bisa menjauhkan
diri, anak, dan keturunan dari adzab api neraka. Aamiin yaa Allah.
MasyaAllah, penting bangeet ini mba untuk q yg saat ini sedang mendidik anak usia 16 tahun. Lika liku ujiannya luar biasa, memang kita sebagai orgtua hrs haus akan ilmu dan sering bermuhasabah. Semoga Alloh ridhoi setiap ikhtiar kita. Aamiin
BalasHapusAamiin mb Etha, pan kapan sharing ya membersamai si kakak yg 16 th
Hapus