Gempa Bumi Pasaman
Psychology First Aid (PFA) dapat diterapkan di tempat kriris termasuk saat bencana Gempa Bumi Pasaman baru-baru ini. Dilansir dari Laman Antara Sumbar , Gempa Bumi yang terjadi di Pasaman Sumatera Barat tersebut cukup mengejutkan bagi masyarakat. Mereka spontan keluar dari gedung, rumah, pasien pun dievakuasi keluar rumah sakit, kecemasan psikis melanda di kota tersebut. Gempa dengan skala 6,1 Skala Richter ini juga terasa sampai negeri jiran Malaysia.
Terjadinya Gempa Bumi Pasaman
Sumatera memiliki dua sumber/ mekanisme gempa tektonik. Pertama adalah gempa subduksi Lempeng Indo-Australia yang menghasilkan megathrust Simeulue, Nias, Mentawai, dan Enggano. Kedua, pergeseran mendatar (strike-slip) di sepanjang Sesar Semangko. Sesar Semangko ini berada di sepanjang Pulau Sumatera mulai dari Aceh sampai Lampung. Ia berimpit dan berdekatan dengan Bukit Barisan. Gempa yang terjadi di Pasaman berepisentrum 16-19 km timur laut Pasaman Barat dengan gempa utama berkekuatan M6,1 adalah gempa yang terjadi di sesar Semangko.
Seperti yang biasa terjadi, sebuah gempa kuat dan sangat kuat akan selalu diikuti oleh sejumlah gempa susulan. Sampai sore ini sudah lebih 20 gempa susulan terjadi. Pertanyaan yang sering muncul adalah, apakah aka nada gempa susulan yang lebih besar. Tentu maksudnya lebih besar dari yang 6.1 tadi. Itu mungkin saja terjadi. Dari data yang ada, di segmen ini gempa terkuat yang pernah terjadi adalah M6.9. Tapi, kalau muncul gempa susulan yang lebih besar dari 6.1, maka gempa itu bukan gempa susulan. Itu gempa utama. Yang sebelumnya berarti gempa pendahuluan. Tapi, kecil kemungkinan keluar gempa yang lebih besar. Artinya, menurut penulis gempa 6.1 tadi pagi merupakan gempa utama.
Hal ini tentu saja menimbulkan kekhawatiran masyarakat sekitar. Selain mengalami kegelisahan secara psikis akan resiko keselamatan jiwa karena reruntuhan bangunan, mereka juga terancam kehilangan harta benda.
Penyelamatan tentu saja dibutuhkan untuk korban bencana alam dari sisi fisik dan psikisnya. Selain pemerintah dengan tim tanggap bencana, relawan baik dari lembaga zakat, non zakat, kita sebagai masyarakat awam yang punya kepedulian pun bisa turun tangan membantu para korban. Bagaimana caranya?
Pengertian PFA
Adalah PFA atau Pscyhology Fisrt Aid yang merupakan sebuah
teknik intervensi psikologi singkat, praktis, dan fleksibel. Materi PFA ini
emak dapatkan dalam acara Seminar Konselor Nasional yang diadakan oleh Jogya
Family Center (JFC) dan Rumah Keluarga Indonesia (RKI) Agustus 2019 lalu.
Materi yang dibawakan oleh Muhammad Iqbal, Ph. D ini secara mendalam membahas
bagaimana kita sebagai orang awam bisa membantu penanganan dasar psikologi
terhadap korban krisis.
PFA bisa didisain secara sederhana dan praktis sehingga bisa
diberikan dalam situsi apa saja, di pengungsian, sekolah, rumah sakit, rumah
ibadah, rumah tinggal, tempat kerja, dan komunitas. Oleh karena itu siapa saja
bisa memberikan PFA. Tidak terbatas pada profesional kesehatan mental karena
sejatinya ketrampilan PFA ada pada
setiap orang. Namun skill tersebut tetap butuh dilatih.
PFA Perlu Dimiliki Semua Anggota Masyarakat
Sebelum memahami seluk beluk PFA, Pak Iqbal panggilan
pemateri saat itu, menyampaikan mengapa PFA perlu dimiliki semua anggota
masyarakat. Terdapat darurat kesehatan mental di Indonesia :
1.
Tahun 2016, hanya 30 % dari 9.000 puskesmas di
seluruh Indonesia yang memiliki program layanan kesehatan jiwa.
2.
Hanya ada 600 – 800 psikiater di Indonesia.
Artinya, seorang psikiater terlatih menangani 300.000 – 400.000 orang. Sebanyak
70 % dari seluruh psikiater berada di Jawa dan 40 % dari jumlah itu bekerja di Jakarta.
3.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan gangguan
mental dan kejiwaan antara lain, faktor medis, lingkungan, atau persoalan
terkait asmara, persoalan keluarga, hingga faktor ekonomi dan persaingan hidup
yang berat.
4. Prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizoprenia jumlahnya mencapai 400.000 orang. Dimana 14,3 % diantaranya atau 57.000 orang pernah atau sedang dipasung.
Wah, makanya kita perlu peduli dan membantu para korban krisis atau korban bencana ya setelah mencermati data di atas. Betapa problem kesehatan mental banyak terjadi di sekitar kita namun para profesional di bidang itu belum seimbang jumlahnya dengan penderita kesehatan mental.
Hal-hal yang Mempengaruhi Reaksi Individu saat Hadapi Krisis
Nah, agar kita sebagai relawan PFA atau biasa
disebut helper mumpuni pastikan kita paham ada
reaksi individu dalam menghadapi kondisi krisis. Dan hal itu dapat
dipengaruhi oleh :
1.
Sifat dan tingkat keparahan peristiwa
2.
Pengalamannya dengan peristiwa sedih sebelumnya
3.
Dukungan dari orang lain
4.
Kesehatan fisik
5.
Sejarah keturunan kesehatan mental
6.
Latar belakang budaya
7.
Usia
8.
Tingkat Spiritualitas
Tahapan Seseorang Menyesuaikan dari Kondisi Krisis
Pahami juga terdapat 5 tahap untuk seseorang dapat menyesuaikan diri dari kondisi krisis (Kubler – Ross, 1969)
1.
Denial (penyangkalan)
Misal : “Saya merasa baik-baik saja”
“Hal ini tidak
mungkin terjadi, tidak pada saya.”
2.
Anger (marah)
Misal : “ Awas, nanti saya akan bunuh dia!”
“Kenapa saya? Ini
tidak adil !”
3.
Bargaining (Menawar)
Misal : “Saya akan memberikan harta saya, asal ...”
“Biarkan saya hidup
untuk melihat anak saya diwisuda”
4.
Depression (Depresi)
Misal : “Biar saja saya mati, untuk apa saya hidup?”
“Buat apa saya
makan, toh saya tidak punya siapa-siapa lagi.”
5.
Acceptance (Penerimaan)
Misal : “Memang sudah takdirnya begitu, mau gimana lagi.”
“ Memang sudah nasib
saya kali ya, ya udah terima aja.”
Setelah kita memahami prinsip-prinsip di atas, lalu apa yang selanjutnya
kita lakukan?
LANGKAH PFA
Langkah Persiapan
1.
Memahami Situasi
Lihat situasi yang terjadi di tempat gempa atau bencana lain. Siapa yang
bisa kita bantu, dimana kita bisa memulai mengenali korban.
2.
Memulai kontak
Perkenalkan diri kita pada orang yang perlu mendapat dukungan. Perhatikan
aspek budaya setempat.
Langkah 1
Memberikan rasa aman
Tujuannya : mengembalikan rasa aman dan menyediakan kebutuhan dasar orang
yang memerlukan dukungan, selanjutnya kita sebut dengan helpee.
Langkah
yang bisa dilakukan :
- menghindarkan dari bahaya
- menyediakan tempat yang aman
- memenuhi kebutuhan dasar seperti makan, minum, dan sandang
- menyediakan informasi yang dapat dipercaya
Langkah 2
Tujuannya : Mendorong
keberfungsian helpee.
Langkah
yang bisa dilakukan :
- berikan perhatian melalui kata atau kalimat yang tidak menyinggung atau menyakiti
- jaga keluarga helpee agar tetap bersama dan berhubungan satu sama lain
- pertemukan kembali helpee dengan keluarganya
- tanyakan pada helpee apabila ada keluarga yang hendak dihubungi
Langkah 3
Tujuan : Membantu
merencanakan tindak lanjut
dan mendorong helpee untuk terlibat dalam proses pemulihannya dan menyusun tindak
lanjut.
Langkah
yang bisa dilakukan :
- mendorong helpee untuk kembali pada rutinitasnya
- melibatkan helpee secara aktif dalam pemulihannya.
PR
PR
3 Prinsip Utama PFA :
1.
Look (lihat)
Yaitu peka terhadap situasi helpee ketika
terjadi krisis.
2.
Listen (dengar)
Yaitu mendekati helpee, mendengarkan, dan membantu mereka merasa tenang
3.
Link (menghubungkan)
Yaitu helper menyadari keterbatasannya lalu merekomendasikan berbagai
bantuan ke pihak lain seperti dokter, lembaga psikologi, atau instansi
pemerintah yang dapat membantu helpee keluar dari masa krisisnya.
Mendengar
Materi PFA ini ditutup Pak Iqbal dengan perlunya helper ketahui 3 hal yang harus diperhatikan untuk
mendengar saat helpee menceritakan permasalahannya :
a.
Kontak mata
Tunjukkan bahwa helper memberi perhatian penuh saat mereka bercerita
b.
Mendengarkan
Benar-benar menyimak dan konsentrasi dengan apa yang disampaikan helpee
c.
Menggunakan hati
Menunjukkan perhatian tulus dan penuh hormat terhadap helpee.
Jadi bukannya kita di tempat bencana malah selfie, atau
sibuk sendiri ya temans tapi tunjukkan kita peduli terhadap apa yang para
korban alami. Coba bila kita di posisi mereka, pasti kita juga akan membutuhkan
empati bukan sekedar basa-basi.
Psychology First Aid ini mudah dipahami dan dipraktikan kok,
pastikan niat kita tulus ikhlas membantu korban gempa bumi Pasaman atau korban krisis lain. Dengan
kita menolong orang lain, mudah-mudahan Allah Subhanallahu Wata'ala akan menolong saat kita
membutuhkan pertolongan. Aamiin.
Posting Komentar
Posting Komentar